Jangan Tunggu Anak Mengeluh. Ini Waktu Terbaik Membawa Anak ke Dokter Gigi!
Erika Az Zahra Nurcahyani
Apakah anak harus menunggu sakit gigi dulu baru dibawa ke dokter? Atau justru sebaliknya—harus rutin sejak dini? Pertanyaan ini menjadi keresahan banyak orang tua, terutama yang baru pertama kali mendampingi tumbuh kembang si kecil. Dalam live Instagram bertajuk "Panduan untuk Orang Tua: Kapan Harus Bawa Anak ke Dokter Gigi?" yang diselenggarakan oleh Aku Siap Sekolah pada 29 Mei 2025, drg. Zulfa Fitri membagikan panduan dan pemahaman penting soal perawatan gigi anak sejak dini.
Bunda Zulfa, seorang dokter gigi dan edukator kesehatan gigi anak, menjelaskan bahwa membawa anak ke dokter gigi bukanlah tindakan menunggu darurat, tetapi justru bagian dari pencegahan. Ia menegaskan bahwa waktu terbaik pertama kali membawa anak ke dokter gigi adalah maksimal saat ulang tahun pertamanya.
“Semakin cepat semakin baik. Usia satu tahun adalah batas maksimal anak pertama kali ke dokter gigi. Itu bukan tunggu gigi tumbuh semua atau sakit dulu,” tegas Bunda Zulfa dalam sesi live (29/5/2025).
Banyak orang tua menganggap gigi anak tak perlu diperiksa karena toh akan berganti. Namun menurut Bunda Zulfa, gigi susu yang sehat sangat penting dalam mendukung tumbuh kembang anak, baik dari aspek fisik maupun kognitif. Bahkan, kondisi gigi dapat memengaruhi status gizi dan risiko stunting.
Mirisnya, data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa setengah anak di Indonesia mengalami masalah gigi, namun hanya 55,3% yang mendapat penanganan dokter. “Banyak yang datang ke praktik saya ketika gigi anak sudah rusak parah. Padahal bisa dicegah jika diperiksa lebih awal,” katanya.
Apa Saja yang Diperiksa Saat Anak Masih Kecil?
Pemeriksaan gigi pada anak usia dini bukan sekadar mengecek ada lubang atau tidak. Dokter akan mengevaluasi pertumbuhan gigi, posisi rahang, kebiasaan mengisap jari, penggunaan dot, hingga riwayat gigi orang tua. Dari situ, bisa dipetakan apakah anak berisiko mengalami karies di masa depan dan perlu perawatan pencegahan.
“Kadang saat memeriksa, kita juga temukan hal-hal yang tampaknya kecil tapi bisa berdampak besar, seperti posisi gigi yang bisa menyebabkan susunan tidak rapi nantinya,” ujar Bunda Zulfa.
Seberapa Sering Harus Periksa?
Bunda Zulfa menyarankan agar anak memeriksakan gigi setidaknya setiap enam bulan sekali. Namun, jika ada faktor risiko seperti gigi sudah mulai rusak atau kebiasaan makan manis yang berlebihan, bisa lebih sering, yaitu tiga hingga empat bulan sekali.
Kenali Tanda Gigi Anak Bermasalah (Sebelum Terlambat)
Anak-anak belum tentu bisa mengungkapkan rasa sakit pada giginya. Karena itu, orang tua harus jeli melihat gejala tak langsung, seperti, anak hanya mengunyah di satu sisi mulut, tiba-tiba sulit makan (GTM), atau badan kurus tanpa sebab jelas.
“Kalau anak tiba-tiba cuma mau ngunyah sebelah kiri terus, itu sinyal ada yang salah. Jangan tunggu sampai dia nangis-nangis baru ke dokter,” jelasnya.
Salah satu alasan utama orang tua menunda ke dokter gigi adalah ketakutan anak menangis atau rewel saat pemeriksaan. Padahal, menurut Bunda Zulfa, hal itu sangat wajar dan tidak akan membuat dokter tersinggung.
“Kami dokter gigi anak sangat memahami jika anak menangis atau tantrum. Justru kami apresiasi orang tua yang datang sebelum anak merasa sakit,” ucapnya.
Ia menyarankan agar anak dikenalkan dengan suasana klinik gigi sejak dini melalui buku cerita, dongeng, atau video edukasi. Beberapa kota juga memiliki program “playdate” ke klinik gigi yang bisa memperkenalkan anak pada pengalaman positif saat periksa gigi.
Edukasi Gigi Dimulai dari Rumah
Pentingnya peran orang tua juga terlihat dari kebiasaan di rumah. Makanan manis seperti permen dan coklat, serta minuman bersoda atau terlalu asam, sangat berkontribusi terhadap kerusakan gigi. Tak hanya itu, kebiasaan menyikat gigi minimal dua kali sehari juga menjadi pondasi penting kesehatan mulut.
“Konsumsi manis sebaiknya dibatasi hanya 2–3 kali ngemil di luar jam makan utama. Sisanya? Fokus ke buah dan minuman air putih,” sarannya.
Dokter Gigi Cocok-Cocokan, Bukan Paksaan
Bunda Zulfa mengakui bahwa mencari dokter gigi anak yang cocok memang seperti “mencari jodoh.” Tak semua anak cocok dengan pendekatan yang sama. Ia menyarankan orang tua bisa mencari tahu lewat komunitas, rekomendasi, atau bahkan kepo akun Instagram dokter gigi untuk melihat gaya pendekatannya.
“Kalau nggak cocok, nggak masalah ganti. Yang penting anak merasa nyaman dan perawatannya berjalan. Yang penting terus dicoba,” katanya (29/5/2025).
Membawa anak ke dokter gigi bukan soal mencari hasil instan. Kadang anak hanya “main-main” dulu di ruang praktik, mengenal alat dan suasana. Tapi semua itu adalah bagian dari proses membangun kepercayaan.
“Kalau anak pulang tanpa tindakan itu bukan berarti gagal. Dia pulang bawa pengalaman positif tentang dokter gigi. Itu hasil juga,” tegas Bunda Zulfa.
Karena pada akhirnya, menjaga kesehatan gigi anak sejak dini adalah langkah awal menciptakan generasi yang sehat, percaya diri, dan siap tumbuh optimal.
Bertumbuh belajar bersama di dunia parenting modern maupun tradisional. Yuk, gabung komunitas Cerita Parents sekarang ✨




Tentang Penulis
Erika Az Zahra Nurcahyani
Progress, not perfection. Seorang pegiat sastra Bahasa Indonesia yang tertarik di dunia parenting sejak dini.
Lainnya Untuk Anda
© 2025 Happa Group. All rights reserved.