group of children pulling brown rope

Menghadapi GTM (Gerakan Tutup Mulut) pada Anak: Wajar atau Perlu Diwaspadai?

Tyas Adinisa

GTM, Wajar atau perlu diwaspadai?

Banyak orang tua terutama ibu pernah merasakan kekhawatiran ketika anak mereka tiba-tiba menolak makan. Fenomena ini sering dikenal dengan istilah Gerakan Tutup Mulut atau disingkat GTM. Apakah kondisi ini normal? Kapan perlu diwaspadai? Dan bagaimana cara menghadapinya tanpa membuat orang tua stres berkepanjangan?

Dalam sesi live yang diselenggarakan oleh Aku Siap Sekolah bersama dr. Salsa, seorang dokter spesialis anak dari RSU Queen Latifa, dibahas secara mendalam tentang GTM dari sisi medis dan psikologis.

Apa Itu GTM?

GTM adalah kondisi ketika anak menolak makan, baik disuapi maupun makan sendiri. Menurut dr. Salsa, GTM adalah keluhan yang sangat umum, terutama pada anak usia balita atau yang sedang tumbuh gigi. Dalam kasus ringan, GTM bisa berlangsung beberapa hari dan masih dianggap wajar selama tidak mengganggu pertumbuhan anak. Namun, jika GTM berlangsung lama hingga berdampak pada berat dan tinggi badan anak, maka perlu perhatian serius.

Penyebab Umum GTM

Beberapa faktor yang bisa menyebabkan GTM antara lain:

  • Pertumbuhan gigi yang menyebabkan gusi terasa nyeri.

  • Sembelit atau susah BAB, yang juga bisa membuat orang dewasa malas makan, apalagi anak-anak.

  • Infeksi atau sakit ringan seperti batuk, pilek, atau demam.

  • Masalah emosional seperti bosan, ingin menarik perhatian, atau sedang dalam fase perkembangan tertentu.

Usia Anak dan GTM: Apakah Ada Batasnya?

Tidak ada batasan usia pasti kapan anak bisa mengalami GTM. Meski paling umum terjadi pada usia di bawah lima tahun, anak usia di atas lima tahun bahkan delapan tahun pun bisa mengalaminya, terutama saat sakit atau sedang ada perubahan kondisi tubuh.

Strategi Menghadapi Anak GTM

Dr. Salsa menyarankan agar orang tua tidak langsung panik atau merasa gagal. Sebaliknya, kenali penyebabnya dan gunakan pendekatan kreatif seperti:

  1. Tekstur Makanan: Saat tumbuh gigi, berikan makanan yang teksturnya disukai anak seperti makanan dingin (puding, buah beku) atau makanan kering (biskuit, finger food).

  2. Variasi Bentuk Makanan: Bentuk makanan menjadi karakter lucu atau dibuat ala bento agar anak lebih tertarik.

  3. Libatkan Anak: Ajak anak menyiapkan makanan agar mereka merasa memiliki keterlibatan dan keinginan untuk mencicipi.

  4. Ciptakan Suasana Positif: Makan bersama keluarga tanpa paksaan bisa membangun kebiasaan makan yang menyenangkan.

  5. Atur Jadwal Makan: Maksimal waktu makan 30 menit agar anak bisa belajar rasa lapar dan kenyang secara alami.

  6. Jeda Antara Camilan dan Makan Utama: Berikan jarak dua jam antara camilan/susu dan makan berat agar anak benar-benar lapar.

Bagaimana Memastikan Kebutuhan Gizi Tetap Terpenuhi?

Ketika anak menolak nasi, gizi tetap bisa dipenuhi lewat bahan pengganti seperti:

  • Karbohidrat: Kentang, pasta, roti, oatmeal.

  • Protein: Olahan bola-bola daging, ayam, atau ikan yang lebih menarik secara visual.

  • Buah dan sayur: Bila anak menolak bentuk asli, bisa diolah jadi jus, es buah, puding, atau smoothies.

Menurut dr. Salsa, mengubah bentuk makanan tidak serta-merta mengurangi nilai gizinya secara drastis, dan lebih baik anak makan dalam bentuk yang disukai daripada tidak makan sama sekali.

Bahaya Memaksa Anak Makan

Salah satu kesalahan umum yang dilakukan orang tua adalah memaksa anak makan, bahkan sampai dicekoki. Ini bisa menyebabkan:

  • Trauma jangka panjang, terutama jika anak merasa makanan sebagai momok.

  • Penolakan makanan tertentu seumur hidup, karena pengalaman buruk di masa kecil.

Menurut dr. Salsa, pendekatan makan harus seperti memberi makan diri sendiri, enak, menarik, dan menyenangkan.

Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?

Jika GTM berlangsung lebih dari dua minggu dan memengaruhi pertumbuhan anak (berat badan tidak bertambah atau bahkan turun), maka orang tua disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter spesialis anak. Dokter dapat membantu menyusun strategi makan yang sesuai dengan kondisi anak, dan jika diperlukan, bisa meresepkan suplemen nutrisi yang tepat.

Peran Orang Tua: Tenang dan Konsisten

GTM bukan berarti kegagalan pola asuh. Ini adalah fase perkembangan yang hampir semua anak alami. Kuncinya adalah strategi, kesabaran, dan konsistensi. Jangan bandingkan anak kita dengan anak lain karena setiap anak unik, termasuk dalam hal kebiasaan makan.

Sebagai penutup, dr. Salsa menegaskan bahwa perhatian orang tua bukan hanya soal “berapa banyak anak makan”, tapi juga bagaimana anak menjalani proses makan dengan bahagia. Dengan pendekatan yang hangat, penuh kreativitas, dan tetap terarah, GTM bisa diatasi tanpa membuat rumah penuh drama.

Dapatkan informasi terkini seputar parenting melalui komunitas Parenting ini.

Gabung Sekarang! Gratis loh bunda 😁✨

Tentang Penulis

Tyas Adinisa

Tyas adalah seseorang yang suka menulis dalam bidang apa pun. Motto yang digunakan tyas adalah "Perbanyak proses kurangi protes"

Lainnya Untuk Anda