boy in white long sleeve shirt holding red and clear plastic tool

Persiapan Anak Masuk SD: 7 Hal yang Bisa Dilatih dari Rumah

Erika Az Zahra Nurcahyani

Masuk SD adalah tonggak besar dalam kehidupan seorang anak dan juga orang tuanya. Bukan cuma soal ganti seragam atau beli kotak pensil baru, tapi juga tentang kesiapan mental, sosial, dan kognitif untuk beradaptasi di lingkungan belajar yang lebih “serius”.

Nah, biar momen ini nggak jadi penuh stres (baik untuk anak maupun orang tua), yuk kita bahas apa saja yang bisa dipersiapkan sejak dini agar anak siap masuk SD dengan percaya diri dan bahagia.

  1. Kesiapan Mental dan Emosional

    Masuk SD bukan hanya tentang bisa baca tulis, tapi juga soal siap secara emosional. Ciri anak yang sudah siap secara mental biasanya:

    • Mau berpisah dari orang tua tanpa drama

    • Bisa mengatur emosi saat kecewa atau kalah main

    • Berani bertanya atau minta tolong saat bingung

    Cara melatihnya mulailah dari kegiatan kecil seperti bermain di rumah teman tanpa didampingi orang tua, atau mengikuti kelas singkat/kegiatan kelompok di luar rumah. Biarkan anak belajar mandiri secara bertahap

  1. Kemampuan Sosial

    Di SD, anak akan belajar bersama banyak teman. Ia perlu tahu cara menyapa, berbagi alat tulis, dan menunggu giliran. Kemampuan ini sering dianggap sepele, padahal sangat menentukan pengalaman belajarnya. Ayah Bunda bisa melatihnya dengan mengajak anak bermain berkelompok. Jangan langsung bantu saat anak berebut mainan, tapi dampingi dan arahkan untuk menyelesaikan konflik kecil sendiri.

  1. Kemampuan Dasar Akademik

    Jangan buru-buru menuntut anak bisa baca tulis lancar yang penting adalah ia paham bentuk huruf dan angka, mengenal suku kata sederhana, serta bisa memegang alat tulis dengan baik. Latihan menggambar bebas, menyusun huruf dengan balok, atau membaca gambar cerita bersama bisa sangat membantu merupakan cara melatih anak yang tepat. Hindari metode drill yang bikin stres.

  1. Keterampilan Motorik Halus dan Kasar

    Anak SD akan mulai banyak menulis, memegang gunting, dan mewarnai. Ini butuh kekuatan otot tangan yang cukup. Di sisi lain, aktivitas fisik juga penting agar anak kuat mengikuti kegiatan di sekolah. Ajak Bunda bisa mengajak anak untuk meronce, melipat kertas, atau mencetak adonan sebagai cara latihannya. Untuk motorik kasar, sering-sering ajak lari, lompat, dan main fisik ringan di luar rumah.

  2. Manajemen Waktu dan Kedisiplinan

    Di TK, anak mungkin masih bisa tidur siang dan makan kapan saja. Tapi di SD, mereka harus mulai terbiasa dengan jadwal. Maka, rutinitas pagi jadi kuncinya. Ayah Bunda bisa melatihnya mulai dari bangun pagi dan sarapan di jam sekolah, jauh sebelum tahun ajaran dimulai. Buat jadwal kegiatan ringan di rumah agar anak familiar dengan waktu belajar, istirahat, dan bermain.

  3. Kemandirian Dasar

    Apakah anak sudah bisa membuka kotak bekal sendiri? Bisa memakai sepatu tanpa bantuan? Bisa ke kamar mandi tanpa ditemani? Coba Ayah Bunda Libatkan anak dalam rutinitas sederhana sehari-hari. Biarkan ia mencoba, meski hasilnya belum sempurna. Dorong, bukan buru-buru membetulkan.

  4. Keterampilan Berbahasa

    Anak yang bisa mengungkapkan ide, bertanya, dan menjelaskan perasaannya akan lebih mudah belajar dan berinteraksi. Bahasa adalah pintu pertama untuk semua pelajaran. Perbanyak komunikasi dua arah. Ayah Bunda coba ajak anak ngobrol tentang hal yang ia sukai. Gunakan pertanyaan terbuka seperti “Menurut kamu gimana?” atau “Apa yang paling seru hari ini?”

Jangan Lupa Libatkan Anak dalam Proses!

Ajak anak memilih tas, tempat pensil, atau sepatu sekolah bareng. Libatkan mereka saat menyiapkan perlengkapan. Hal ini memberi rasa kepemilikan dan antusiasme terhadap dunia baru yang akan mereka masuki.

Masuk SD bukan lomba siapa yang paling cepat bisa baca atau paling dulu masuk ranking. Ini adalah awal dari perjalanan panjang belajar anak. Maka, bekali mereka bukan hanya dengan buku tulis, tapi juga rasa percaya diri, kemandirian, dan cinta belajar.

Semoga artikel ini bisa jadi pengingat buat para orang tua ya, yang terpenting bukan seberapa siap dunia menyambut anak, tapi seberapa siap Ayah Bunda menemani Si Kecil bertumbuh.

Tentang Penulis

Erika Az Zahra Nurcahyani

Progress, not perfection. Seorang pegiat sastra Bahasa Indonesia yang tertarik di dunia parenting sejak dini.

Lainnya Untuk Anda